Keriting Kuning Pada Tanaman Cabai
Halo sahabaTani indonesia....
Pada kesempatan kali ini penulis ingin berbagi sedikit
informasi mengenai tanaman cabai (Capsicum
annum). Tanaman cabai merupakan salah satu bumbu dapur yang digunakan untuk
meningkatkan cita rasa makanan. Namun, ada beberapa hal yang menjadi momok bagi
petani khususnya dimana harga cabai selalu mengalami fluktuasi (naik turun)
bahkan lebih sering turun drastis. Selain harga masalah penyakit yang menyerang
tanaman cabai juga sangat menyusahkan petani. Mengapa? Karena dengan adanya
serangan penyakit pada tanaman cabai menyebabkan produksi menurun. Salah satu penyakit yang paling banyak menyerang adalah penyakit keriting kuning.
Gambar 1. Penyakit Keriting Kuning Cabai
Berikut penjelasan mengenai penyakit keriting kuning yang menyerang tanaman cabai dan
cara pengendaliannya;
Penyakit keriting kuning tanaman cabai
Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari genus Begomovirus, famili Geminiviridae (Prasetyo 2016). Anggota kelompok geminivirus dibedakan berdasarkan tanaman inang (cabai), serangga vektor (pembawa). Anggota geminivirus yang ditularkan oleh serangga vektor B. tabaci yang biasa kita sebut kutu kebul. Basri (2011) menyatakan bahwa Penyakit virus kuning tidak ditularkan melalui biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan melalui serangga vektor kutu kebul. Kutu kebul (Bemicia tabaci) dapat menularkan geminivirus secara persisten (tetap; yaitu sekali menyerang tanaman yang mengandung virus, maka selamanya dapat menularkan virus).
Gambar 2. Bentuk gemini virus dan vektor (pembawa virus)Gejala yang
ditimbulkan
Gambar 3. Gejala penyakit keriting kuning tanaman cabai (Sumber: Badan Litbang Pertanian)
Sudiono et al (2005) menyatakan bahwa variasi gejala dan tingkat serangan berbeda beda di masing-masing lahan petani serta waktu tanaman. Bila serangan terjadi sejak tanaman masih muda (vegetatif) maka selain gejala kuning tanaman juga tumbuh kerdil bahkan menyebabkan tidak menghasilkan bunga atau buah, sedangkan bila serangan terjadi masa pertumbuhan generatif akhir maka hanya bagian atas saja yang menunjukkan gejala kuning (jambul kuning). Menurut Nyana et al (2016) Gejala yang muncul antara lain helaian daun yang diserangnya mengalami “vein clearing” dimulai dari daun-daun pucuk, kemudian berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun-daun menggulung ke atas dan apabila serangan nya sudah lanjut (infeksi lanjut), menyebabkan daun-daunnya mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.
Pengendalian
penyakit keriting kuning cabai
a. Penggunaan varietas yang bagus
Umumnya petani masih menggunakan kembali benih yang dihasilkan dari budidaya tanaman cabai sebelumnya, untuk ditanam kembali. namun ini menjadi salah satu faktor penyebab munculnya penyakit yang sama pada pertanaman baru. mengapa? karena benih tersebut sudah terinfeksi oleh virus keriting kuning, sehingga akan kembali muncul pada tanaman yang baru. Novrianty et al (2013) menyatakan bahwa pengendalian penyakit keriting kuning dapat dilakukan dengan menggunakan varietas, antara lain cakra, jatilaba, tit super, TM 999, TM 888, tonado dan cayenne.
b. Pupuk yang berimbang
Pemberian pupuk secara berimbang yaitu pupuk kandang 20-30 ton /ha, Urea 100-150 kg, 300-400 kg ZA, 150-200 kg TSP dan KCl 150-200 kg/ha.
c. Pembibitan dan pemeliharaan yang baik
Gunakan mulsa plastik hitam perak. Lakukan Pembibitan dengan cara penyungkupan tempat semaian dengan kain kasa atau plastik yang telah dilubangi dan ketinggian rak pembibitan lebih kurang 1 m. Daerah yang baru terkena serangan tanaman muda (sampai 30 hari) disulam dengan tanaman yang sehat sedangkan daerah yang terserang berat, dibuang bagian daun tanaman dan disemprotkan pupuk daun. Tanam jagung sebagai penghadang/barrier dengan 5-6 baris rapat (jarak tanam 15-20 cm) di sekeliling kebun 2-3 minggu sebelum tanam cabai. Gunakan perangkap kuning untuk memerangkap populasi kutu kebul, dan dipasang sebanyak 40 perangkap/ha di tengah pertanaman cabai dipasang dengan ketinggian 30 cm. Atur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular. Lakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus. Tumpangsari berbagai jenis tanaman untuk mengurangi populasi kutu kebul. Tumpangsari antara cabai merah dengan kubis atau cabai merah dengan tomat dapat menekan populasi kutu kebul sebesar 25 – 60%. Gunakan pestisida nabati.
Gambar 5. Tumpang sari tanaman cabai dengan kubis dan tomat (Sumber: Badan Litbang Pertanian)Majulah Pertanian Indonesia ku...
Komentar
Posting Komentar